Essai - Udara Bersih dan Sehat Cermin Kesehatanmu

Leave a Comment


Udara Bersih dan Sehat Cermin Kesehatanmu
Udara yang bersih dan sehat merupakan sebuah anugerah yang sangat besar dan wajib disukuri. Nikmat yang tak ternilai harganya tersebut sebagai resep utama dalam salah satu ciri-ciri mahluk hidup, yakni bernapas. Bisa kita bayangkan apabila di dunia ini tidak ada udara yang bersih dan sehat kita akan susah dan sesak untuk bernapas. Mahabesar bagi pencipta alam semesta ini yang telah menyeimbangkan segala kebutuhan manusia.
Tuhan telah menciptakan lapisan udara yang berlapis-lapis untuk memenuhi kebutuhan manusia khususnya bernapas. Apabila di bumi ini tidak terdapat udara yang bisa digunakan untuk bernapas maka setiap manusia di planet ini akan menghabiskan uang berratus-ratus bahkan berjuta-juta setiap harinya hanya untuk membeli oksigen. Hal ini pun masih dijadikan mahluk di bumi ini sebagai sebuah kekufuran.
Salah satu bentuk kekufuran umat di dunia ini adalah melakukan beberapa hal yang menyebabkan rusaknya kejernihan udara di lapisan atmosfer. Utamanya di Indonesia yang termasuk ke dalam urutan akhir dengan kualitas udara bersih. Dilangsir dalam sebuah situs koran oleh LS2LP (2012) yang menyadur dari hasil penelitian Environmental Performance Index tahun 2006 dan dipublikasikan oleh Universitas Yale menyatakan bahwa kualitas udara di Indonesia mengalami penurunan akibat tingginya pencemaran udara di kota-kota besar. Dari 133 negara yang di pantau, Indonesia menduduki peringkat 124 lebih baik daripada Bangladesh yang menduduki peringkat terakhir. Negara yang tidak dinyana-nyana akan menduduki peringkat pertama dengan kualitas udara paling bagus adalah Uganda dengan skor 90,0, sedangkan skor kualitas udara Indonesia hanya 25,1 dan skor terburuk dipegang Bangladesh yakni 6,90.
Hal ini perlu menjadi perhatian khusus bagi masyarakat dunia untuk memperhatikan udara di sekitarnya dengan tidak melakukan beberapa tindak yang mengakibatkan pencemaran udara. Tentunya apabila udara di sekitar kita tercemar secara otomatis akan berimbas pada rusaknya kubah udara yang sangat besar yang menyelimuti bumi yang dikenal dengan istilah atmosfer. Pantas disebut jikalau udara yang bersih dan sehat dapat mencerminkan kondisi kesehatan kita.
Arsimunandar dan Saito (2002) mengungkapkan bahwa komposisi atmosfer yang menyelemuti bumi ini terdiri atas dua tipe udara yakni udara lembab dan udara kering. Dari dua tipe tersebut secara terperinci terdiri dari N2 78,09 %, O2 20,95 %, Ar 0,93 %, dan CO2 0,03 %. Udara yang masih bersih merupakan campuran berbagai gas tersebut. Dapatkah kita bayangkan apabila kita kehilangan semua komponen udara tersebut? “Tanpa udara, suhu akan mengalami fluktuasi, antara 110oC pada siang hari dan -185oC pada malam hari. Jadi tanpa udara maka Andapun tidak akanada. Udaralah yang mengatur lingkungan kita dan sifat-sifat dunia seperti yang kita miliki.” (Sastrawijaya, 1991: 165)
Atmosfer yang seyogyanya terdiri dari komponen-komponen udara yang bersih yang mampu menghidupi mahluk ciptaan Tuhan sampai saat ini merupakan lapisan-lapisan ruang di atas permukaan. Salah satu lapisan udara yang sangat berarti bagi kehidupan adalah lapisan ozon (O3). Sastrawijaya mengungkapkan bahwa peranan penting ozon bagi kehidupan diantaranya memberikan proteksi bagi mata dan kulit dari serangan sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari. Karena salah satu fungsinya adalah menyerap semua sinar ultraviolet sehingga energi sinar ultraviolet yang masuk ke bumi tidak tinggi. Sejatinya ozon merupakan hasil dari aksi sinar ultraviolet dengan oksigen yang terjadi pada tempat yang dari permukaan bumi sehingga menghasilkan fluktuasi listrik.
Bisa kita bayangkan apabila tingkat pencemaran di bumi ini semakin tinggi akan
membuat rusaknya atmosfer utamanya di bagian ozon menjadi berlubang.
Zat pencemar yang terdapat di udara sangat banyak macamnya, akan tetapi yangdianggap sebagai yang utama adalahkarbonmonoksida, sulfurdioksida,nitrogendioksida, hidrokarbon, dan debu (partikel-partikel). Pengaruh langsung yang dapat diamati dari lima zat di atas terhadap kehidupan manusia dan bentuk kehidupan lainnya sangat berbeda-beda, dari pengaruh yang berat (mematikan sampai pengaruh yang ringan (menimbulkan perasaan yang jengkel). Adanya zat pencemar di udara disertai oleh pengaruh yang lain mempunyai kecenderungan untuk menaikkan jumlah penderita atau memperberat penyakit kanker paru-paru, emfisema, TBC, pneumonia, bronkitis, asma, dan bahkan influensa. Yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bila udara di sekeliling/ di sekitar rumah mengandung zat pencemar dalam kadar yang berbahaya bagi manusia atau lingkungannya.” (Raharjo, 2009:4)
Dapat dilihat secara kasat mata akibat udara yang tidak bersih dan sehat pada kesehatan dapat digolongkan menjadi dua yakni akibat berat dan akibat ringan. Akibat ringan biasanya berupa stres dan penat karena udara yang tidak bersih. Sedangkan akibat berat yang biasanya dialami adalah penyakit di tubuh manusia. Mungkin saat ini sudah banyak orang yang sudah menginsyafi betapa vitalnya udara yang bersih bagi kesehatan manusia utamanya dalam sistem respirasi. Akan tetapi karena efek pencemaran udara tidak langsung mematikan, kecuali dalam hal  yang sangat ekstrim.  Sastrawijaya (1991) mengungkapkan akibat berat dari pencemaran udara yang langsung mematikan adalah kasus Sinila di Dieng. Hal ini dikarenakan masyarakat belum menyadari seutuhnya bagaimana pengaruh dari aktivitasnya seperti pemborosan melakukan pembakaran BBM kendaraan, industrialisasi, kebakaran hutan, dan lain-lain yang mengakibatkan lemahnya kualitas lingkungan hidup tanpa tindakan preventif maupun kuratif yang nyata. Beban yang ditimbulkan dari pencemaran udara seperti timbulnya penyakit, pengobatan, dan menurunnya efektivitas kerja serta kondisi lingkungan yang semakin buruk.
Jika kita melihat fenomena yang nyata yang hadir di masyarakat penyakit-penyakit yang sering diderita oleh masyarakat akibat udara yang tidak bersih dan sehat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan sesak napas. Kedua penyakit tersebut secara diam-diam telah merenggut nyawa orang dengan penyebab yang sama namun dengan kasus yang berbeda. Kedua penyakit tersebut memiliki sensitifitas yang sama terhadap udara yang dihirup oleh manusia.
Alsagaff, Amin, dan Saleh (1989) mengungkapkan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau yang biasa dikenal ISPA merupakan sebuah inflamasi yang sering menjadi penyebab presentase absensi tertinggi sekitar lebih dari 50% ketidakhadiran dalam masuk sekolah ataupun kerja di mana biasanya disebabkan oleh infeksi jasad renik bakteri, virus maupun riketsia, tanpa/disertai radang parenkim paru baik atas maupun bawah. Sedangkan sesak napas menurut Alsagaff, Amin, dan Saleh (1989) didefinisikan sebagai sebagai bentuk rintihan individualistik dan salah satu akibat dari sosio-kultural, serta kapabilitas seseorang untuk menahan rasa sakit dan sesak, yang mampu mempengaruhi tingkat keluhan ketika sesak napas.
Mekanisme peradangan pada ISPA adalah rusaknya sel-sel epitel mukosa dan silia baik yang ada pada bagian atas maupun bawah pada sistem respirasi karena adanya infeksi bakterial dengan penyebab utamanya adalah pencemaran udara seperti asap rokok, gas SO2, dan zat-zat hasil pembakaran fosil. Begitu juga sesak napas yang bisa juga penyebab utamanya adalah udara yang tercemar. Namun bedanya mekanisme terjadinya sesak napas adalah terletak pada bereaksinya otot sterno-kleido-mastoideus dan retraksi otot daerah supraklavikular dan interkostal, yang pada dasarnya sesak napas baru akan timbul, bila terjadi peningkatan aktivitas tubuh seperti aktivitas jasmani atau panas badan yang meningkat yang mengakibatkan peningkatan ventilasi (hiperneu) dengan penampakan terjadinya pernapasan cepat (trakipneu).
Semua uraian yang diungkapkan berdasarkan fakta tersebut membutuhkan tanggung jawab individu untuk memberikan tindakan pada kasus yang terjadi tersebut. Karena dengan tanggung jawab individu akan memunculkan peran yang sejati. Beberapa peran yang bisa dilakukan untuk mengurangi terjadinya akibat ringan dan berat dari udara yang tidak bersih dan sehat adalah melakukan promosi kesehatan.
Promosi kesehatan untuk saat ini dirasa perlu dan lebih efektif, karena titik sasaran ruang lingkup setiap individu yang berbeda-beda sehingga bisa memperluas jangkauan promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan. Grout (1958) dalam Machfoedz dan Suryani (2009) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu usaha yang berkaitan dengan kesehatan yang telah dipahami untuk diartikan ke dalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses edukasi.
Berdasar batasan WHO (1954) dalam Machfoedz dan Suryani (2009) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk merubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat, menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan seperti apa yang telah dibicarakan sebelumnya kaitannya dengan udara yang bersih dan sehat sebagai cermin kesehatan kita.
Sebetulnya istilah promosi kesehatan sudah dikenal masyarakat melalui berbagai bantuk kegiatan seperti promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk berbagai tipe kesehatan. Mengapa sudah lama dikenal masyarakat? Karena selain melihat faktor efektivitas juga melihat hasil akhir dari tujuan yang terwujud. Dan ini adalah pengaruh dari ruang lingkup promosi kesehatan yang terarah.
“Promosi kesehatan mempunyai 5 area atau ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya mengembangkan kebijaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan, mengembangkan jaringan kemitraan dan suasana yang mendukung, memperkuat kegiatan masyarakat, meningkatkan keterampilan perorangan, dan mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebih memberdayakan masyarakat.” (Machfoedz & Suryani, 2009:84)
Sehingga untuk memberikan berbagai tipe tindakan seperti yang sudah diuraikan sebelumnya demi terwujudnya udara yang bersih dan sehat sehingga tercermin kesehatan yang baik pula pada sistem respirasi perlu dilakukan promosi kesehatan tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan udara di sekitar kita untuk menciptakan kondisi tubuh yang sehat. Selain itu, hal ini juga merupakan tanggung jawab pribadi untuk menjaga lingkungan udaranya dari berbagai jenis polutan berbahaya bagi kesehatannya masing-masing.

Daftar Pustaka
Alsagaff, H., Amin, M., & Saleh, W. B. M. T. (Eds.). (1989). Ilmu penyakit paru (edisi pertama). Surabaya: Airlangga University Press.
Arsimunandar, W. & Saito, H. (2002). Penyegaran udara (edisi keenam). Jakarta: PT Pradnya Paramita.
LS2LP. (2012). Ancaman udara kotor kian menakutkan. Diakses pada 10 November 2014, dari http://green.kompasiana.com/polusi/2012/02/18/ancaman-udara-kotor-kian-menakutkan-440103.html
Machfoedz, I., & Suryani, E. (2009). Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan (edisi ketujuh). Yogyakarta: Fitramaya.
Raharjo, M. (2009). Dampak pencemaran udara pada lingkungan dan kesehatan manusia. Jurnal Badan Lingkungan Hidup, 1.
Sastrawijaya, A. T. (1991). Pencemaran lingkungan (edisi pertama). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar